Entri Populer

Rabu, 03 November 2010

Memelihara Kedamaian Hati

Salah satu tanda kepribadian seorang muslim itu adalah berdzikir. Kita dianjurkan berdzikir setiap saat, dari bangun hingga tidur kembali. Secara harfiah, arti dzikir adalah mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya.
Insya Allah, dengan membiasakan lidah untuk mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma'rifat kita kepada Allah swt. Dengan dekat kepada Allah, hati jadi tenang. Berikut ini adalah tujuh kalimat thayyibah yang harus menjadi penghias bibir umat setiap waktu.
 
1. Bismillahirrahmanirrahim.
Diucapkan setiap kita mengawali segala perbuatan. Insya Allah, jika lidah kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menjaga diri dari perbuatan buruk. Karena senantiasa kita diingatkan bahwa ada Allah yang melihat perbuatan kita.
Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah menyatakan, "Bahwa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."
2. Alhamdulillah
Inti dari ucapan dzikir ini adalah ungkapan rasa syukur atas karunia dan rahmat Allah swt. Sesungguhnyalah, pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Mereka yang paling banyak bisa bersyukur, berarti telah memiliki yang terbanyak dibanding orang lain. Mengenai hal ini difirmankan dalam QS. Ibrahim ayat 7, bahwa Allah akan menambah rahmat nikmat-Nya kepada mereka yang mampu bersyukur.
Dengan mengucap kalimat ini setiap selesai melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahwa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah. Jika sesuatu itu baik, dirasakan sebagai pertolongan Allah. Jika sesuatu itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahwa itupun sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Dan manakala seseorang telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika Allah menganugerahkan nikmat yang sedikit lebih besar, maka kenikmatan yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3. Astaghfirullah
Difirmankan dalam QS. Ali Imran 135, "Orang-orang yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan."
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Ia ciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan 'obat' bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum obat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu sadar telah berbuat khilaf.
Ummat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menumpuk menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin lama noda-noda ini tertumpuk, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahwa kebanyakan kesalahan besar berawal dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenahi.
Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyadari kekhilafannya itu. Untuk menghindari keterlambatan tobat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan dzikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah saw sendiri, yang sudah dijamin ma'shum, (terjaga dari dosa), dalam sehari mengucap istighfar setidaknya 100 kali.
4. Insya Allah
Diucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Dzikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 % antar manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS. Al Kahfi, 23-24).
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang memandang negatif kalimat ini.
Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslim, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar. Akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai kepasrahan terhadap kehendak Allah yang sewaktu-waktu bisa membuyarkan rencana.
5. Laa Haula walaa quwwata illaa billaah.
Dzikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasanya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (Qs Ali Imran : 159).
6. Laa Ilaaha Illallah
Banyak hadis nabi Muhammad yang menyebutkan keutamaan kalimat thayibah ini. Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu surga. Dalam prakteknya, masih banyak muslim yang terus menerus melafalkan kalimat ini dalam setiap kesempatan, sayangnya, masih hanya sekedar refleks bibir saja.
Padahal, andai seseorang mengucapkan dzikir ini sembari mengupas hikmahnya, sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya. Karena penjabaran arti dari kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya pun bisa dirasakan di setiap waktu dan dalam kondisi apapun. Intinya satu; mengingat kebesaran Allah SWT.
7. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Sungguh benar bahwa manusia adalah milik Allah, dan setiap inci pergerakan tubuhnya beradadalam genggaman Nya. Namun kenyataan bahwa segala sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya, Allah SWT, tak jarang sulit untuk bisa diterima manusia. Dzikir yang diucapkan di saat menghadapi musibah ini akan membantu kita untuk mengingat akan hal ini.
Insya Allah, dengan membiasakan meresapi hikmah kalimat ini, kita menjadi lapang dada dalam menghadapi setiap peristiwa, seburuk apapun, yang sudah menjadi takdir kita. Semakin dalam seseorang menghayati hikmah dzikir ini, semakin ringan dia menghadapi kehidupan yang berat ini, tanpa harus menghadapi stress maupun depresi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar